PERSEPSI
INDERAWI
(PERSPEKTIF
DALAM AL-QUR’AN)
Makalah
Dipresentasikan
pada Mata Kuliah Psikologi Islam
Semester
III Tahun 2013
Dosen
Pembimbing : Drs. H. AH Choiron, M. Ag

Disusun Oleh:
1.
Irma
Ariyanti (112102)
2.
Ulfah
Zakiyah (112086)
3.
Fatikhatul
Chusna (112090)
4.
Arifyanto (112103)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN 2013
A.
PENDAHULUAN
Manusia
merupakan makhluk yang berjiwa dan kenyataan ini pun kiranya tidak ada
yang membantahnya. Kehidupan kejiwaan individu dapat terlihat ketika
direfleksikan dalam bentuk tingkah laku dan aktivitas manusia. Sebagai contoh
manusia merasa senang jika melihat sesuatu yang indah, berpikir jika menghadapi
suatu masalah, ingin membeli sesuatu jika membutuhkan sesuatu barang, semua ini
merupakan gambaran bahwa dalam diri manusia berlangsung kegiatan-kegiatan atau
aktivitas-aktivitas kejiwaan.
Aktivitas
manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara
langsung berhubungan dengan sekitarnya. Mulai saat itu pula individu menerima
stimulus dari luar dirinya. Namun tidak berarti bahwa stimulus hanya datang
dari luar individu itu, sebab stimulus juga dapat berasal dari individu itu
sendiri.
Stimulus
merupakan segala sesuatu yang mengenai reseptor atau alat indera. Inilah yang
dinamakan proses penginderaan selanjutnya yaitu proses persepsi. Dalam makalah
ini kami akan membahas permasalahan-permasalahan kaitannya dengan persepsi
(perspektif dalam Islam).
B.
Permasalahan
Adapun
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam bahasan makalah ini adalah antara
lain:
1. Bagaimana proses terjadinya persepsi
dalam penginderaan?
2. Apakah pengaruh kebudayaan dapat merubah
persepsi?
3. Bagaimana pandangan al-Qur’an terhadap
persepsi inderawi?
C.
PEMBAHASAN
1.
Definisi Persepsi
Dapat
dilihat dari definisi secara etimologis maupun definisi yang diberikan oleh
beberapa orang ahli. Secara etimologis, persepsi berasal dari kata perception
(Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare yang
artinya menerima atau mengambil.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera.[1]
Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh
ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan
penginderaan. Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan
mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk
sadar akan diri kita sendiri.
Definisi
lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan,
mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam
proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi
berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.
2.
Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai
berikut,
Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses
fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris
ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah
proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat,
atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau
dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah
individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar,
atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.
Proses ini
merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Adapun
faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:
a.
Objek yang
dipersepsi
b.
Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
c.
Pengalaman
d.
Perhatian
3.
Persepsi Melalui indera
a.
Persepsi
melalui indera penglihatan
Untuk
mempersepsi sesuatu individu haruslah mempunyai perhatian terhadap objek yang
akan dipersepsi. Apabila individu telah memperhatikan, selanjutnya individu
menyadari sesuatu yang diperhatikan itu, atau dengan kata lain individu
mempersepsi apa yang diterima dengan alat inderanya. Alat indera merupakan alat
utama dalam individu mengadakan persepsi. Seseorang dapat melihat dengan
matanya tetapi mata bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat
mempersepsi apa yang dilihatnya, maka hanyalah merupakan salah satu alat atau
bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf
sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihat.
b.
Persepsi
melalui indera pendengaran
Orang
dapat mendengar sesuatu dengan alat pendengaran, yaitu telinga. Telinga
merupakan salah satu alat untuk dapat mengetahui sesuatu yang ada di
sekitarnya. Telinga dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing
mempunyai fungsi atau tugas sendiri-sendiri, yaitu:
1)
Telinga
bagian luar, yaitu merupakan bagian yang menerima stimulus dari luar.
2)
Telinga
bagian tengah, yaitu merupakan bagian yang meneruskan stimulus yang diterima
oleh telinga bagian luar, jadi bagian ini merupakan transformer.
3)
Telinga
bagian dalam, yaitu merupakan reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-saraf
penerima.
c.
Persepsi
melalui Indera Pencium
Orang
dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera pencium, yaitu hidung. Sel-sel
penerima atau resptor bau terletak dalam hidung sebelah dalam. Rangsang yang
sesuai dengan indera ini adalah zat-zat kimiawi yang berbentuk gas.
d.
Persepsi
melalui indera pengecap
Indera pengecap
terdapat di lidah. Stimulusnya merupakan benda cair. Ada 4 rasa pokok yang
dapat dirasakan oleh lidah yaitu: Pahit, manis, asin, asam.
Indera
ini erat hubungannya degan indera penciuman. Orang yang indera penciumannya
tidak berfungsi (anosmia), seringkali merasakan masakan yang ia makan hambar.
e.
Persepsi
melalui indera kulit
Indera
ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan dan temperatur. Pada
bagian-bagian tertentu saja yang dapat untuk menerima stimulus-stimulus
tertentu. Rasa-rasa tersebut diatas merupakan rasa-rasa kulit yang primer,
sedangkan disamping itu masih terdapat
variasi yang bermacam-macam.[2]
4.
Pengaruh Kebudayaan terhadap Persepsi dan
Perubahannya
Pengaruh
kebudayaan termasuk kebiasaan hidup, nampak juga dalam berbagai gejala hubungan
manusia dengan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Penduduk perkampungan
kumuh di kota-kota besar yang biasa menggunakan air kali untuk kepentingan
mandi, cuci, dan kaskus, mempersepsikan air kali itu sebagai suatu hal yang
masih dalam batas-batas optimal sehingga mereka menggunakan air kali itu dengan
enak saja. Sebaliknya orang yang biasa tinggal di permukiman mewah, tidak
mungkin akan menggunakan air kali itu. Dengan demikian jelas bahwa persepsi
ditentukan oleh pengalaman dan pengalaman itu dipengaruhi oleh budaya.
Selain
pengaruh kebudayaan, persepsi juga dapat berubah. Karena persepsi itu bukan
sesuatu yang statis, melainkan bisa berubah-ubah. Proses perubahan pertama
disebabkan oleh faal(fisikologik) dari sistem syaraf pada indera-indera manusia,
misal stimulus tidak mengalami perubahan atau terjadi adaptasi dan habituasi,
ini makin lama stimulus akan makin lemah dan reseptor kurang peka setelah
banyak menerima stimulus.
Perubahan
kedua adalah proses psikologik. Yang dapat dijumpai dalam pembentukan dan
perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan sikap itu dalam psikologi biasanya
diterangkan sebagai proses belajar atau sebagai proses kesadaran(kognisi).
Dalam proses belajar, yang menjadi fokus adalah adanya rangsang dari luar
(stimulus), sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya dorongan
atau kehendak dari dalam diri individu sendiri.
5.
Persepsi Inderawi dalam Pandangan Al-Qur’an
Persepsi
adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa
dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang
diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan yang salah
satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks
dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dalam Qs. Al-mukminun ayat
12-14
ô‰s)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß™ `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR ’Îû 9‘#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜ‘Z9$# Zps)n=tæ $uZø)n=y‚sù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=y‚sù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr&
$¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u‘$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr&
tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ
12. dan
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
13.
kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
14.
kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.
Dalam
ayat diatas dijelaskan proses penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan
fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini tidak disebutkan
telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital
bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan berpasangan. Beberapa ayat
lain yang mengungkapkan hal yang sama, antara lain,
QS.
Fushilat:53
óOÎgƒÎŽã\y™ $uZÏF»tƒ#uä
’Îû É-$sùFy$# þ’Îûur
öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym
tû¨üt7oKtƒ
öNßgs9 çm¯Rr& ‘,ptø:$# 3 öNs9urr& É#õ3tƒ y7În/tÎ/
¼çm¯Rr& 4’n?tã Èe@ä. &äóÓx« Íky ÇÎÌÈ
53. Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?
QS. An –Nahl: 78
ª!$#ur
Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw
šcqßJn=÷ès? $\«ø‹x© Ÿ@yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur
öNä3ª=yès9
šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
78. dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Maksud ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang
sebelumnya tidak kalian ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut
ibu kalian tanpa memahami dan mengetahi sesuatu apa pun. Allah mengkaruniakan
kepada kalian akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang
buruk.
QS.
Qaaf: 37
¨bÎ) ’Îû y7Ï9ºsŒ 3“tò2Ï%s! `yJÏ9 tb%x. ¼çms9 ë=ù=s% ÷rr& ’s+ø9r& yìôJ¡¡9$# uqèdur Ó‰‹Îgx© ÇÌÐÈ
37. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya.
QS.
Al-A’raf: 179
ô‰s)s9ur $tRù&u‘sŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB
Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm;
Ò>qè=è%
žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5
öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw
tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur
×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o„
!$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd ‘@|Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ
179. dan Sesungguhnya
Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Itulah
beberapa ayat yang kaitannya dengan persepsi inderawi dan masih banyak ayat
lain yg berkenaan dengan itu. Persepsi itu muncul setiap saat, apapun yang terdeteksi oleh
panca indra selalu dipersepsikan. Untuk memperoleh akurasi persepsi maka
langkah yang terbaik ialah melihat dunia dan kehidupan melalui ‘kaca mata Sang
Pencipta’.
D.
ANALISA
Manusia memiliki lima (panca) indera
bahkan ada yang mengatakan enam yaitu “insting, naluri, nurani”. Semua indera
tersebut bekerja secara otomatis. Tanpa di perintah, artinya ketika kita
berhadapan sesuatu, terjadi suatu hal maka indera kita segera bekerja
mempersepsikan apa yang baru saja terjadi.
Mempersepsikan sesuatu memang tidak
mudah, Sebagai contoh bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. misalnya
saja mempersepsikan seseorang, ketika acara tes wawancara penerimaan pegawai
sering terjadi penilaian peserta tes dalam kesimpulan yang berbeda oleh para
pewawancaranya, ada yang menominasikan A, ada yang menominasikan yang B, dan
seterusnya. Persepsi kita terhadap orang lain seringkali terikat konteks, dengan
demikian persepsi dapat keliru.
Kadang-kadang kita dihadapkan pada
fenomena di mana seseorang sengaja membuka kesempatan di persepsi oleh orang
lain misalnya perempuan berusia 60 tahun menyemir rambutnya dan memasang gigi
palsu untuk menutupi gigi yang sudah tanggal maka persepsi akan tergiring
dengan simpulan bahwa perempuan itu berumur kurang dari 60 tahun atau lebih muda.
Persepsi menghasilkan makna. Kita
tahu bahwa pesan itu terdiri symbol-simbol atau isyarat-isyarat yang sebenarnya
tidak mengandung makna. Makna baru timbul, jika kita mempersepsi dan
menafsirkan symbol tersebut.
Ketika melakukan persepsi terhadap
orang lain, yang kita perlukan adalah kecermatan. Harapannya adalah agar kita
dapat mengerti dan memahami orang itu secara benar. Kalau persepsi kita benar,
maka hal ini menjadi modal yang penting untuk keberhasilan komunikasi
interpersonal.
Apabila kita ingin mempersepsi orang
lain, maka kita akan menghadapi kenyataan bahwa kita hanya dapat melihat
penampilan luarnya saja: pakaiannya, aksesoris, dan fisiknya. Kita hanya
mendengar yang diucapkannya, padahal ada pepatah “lain di mulut lain di hati”.
Hal yang kelihatan tersebut antara lain: pakaian, aksesoris, dandanan, potongan
rambut, bahasa, postur tubuh, apa yang diucapkan, apa yang dilakukan. Hal yang
tidak kelihatan sangat banyak: harapan, norma, stratifikasi, keyakinan,
motivasi, moralitas, keberhasilan, kepuasan, dan sebagainya. Mempersepsi
karakteristik seseorang akan berhadapan dengan aspek fisik dan mental, lahiriah
dan batiniah, jasmani dan rohani, sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan.
Oleh karena itu mempersepsi orang jauh lebih sulit daripada mempersepsi objek
(benda).
Dalam
hal lain persepsi inderawi pun juga harus digunakan seoptimal mungkin sebagai
contoh yaitu kepada anak-anak karena anak-anak mempunyai fase pengenalan yang
lebih akan berdampak bagi kehidupannya yang akan datang. Yaitu seperti fungsi pendegaran, ini bila dioptimalkan akan dapat mengembangkan
potensi-potensi intelektual, emosi dan spiritual anak.[3]
Ahli psikologi sydis menunjukkan kepada kita bahwa kalau
anak menerima stimulasi yang kaya melalui penglihatannya, maka kecerdasannya
akan bertumbuh kembang secara pesat. Maka, anaknya william sydis yang baru bisa
melihat diberinya stimulasi yang beragam: mainan yang ada diatas kepalanya
selalu diganti, ditembok dipasang berbagai macam rasa fisik: kain kasar seperti
paku hingga lembut layaknya sutra. William james sydis ternyata tumbuh luar
biasa. Di usia muda ia sudah menjadi doktor dan menulis buku standar. Kisah
diatas ingin mengaris bawahi satu hal, yaitu fungsi penglihatan akan optimal
bila pada anak diberikan stimulan.
E.
PENUTUP
1.
Persepsi adalah proses pengolahan
informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat
indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga
menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan
atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia
luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah
diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan
dinterpretasikan oleh system syaraf di otak.
2.
Persepsi dapat berubah karena
dipengaruhi kebudayaan misal di tempat yang berbeda akan menghasilkan persepsi
yang berbeda yaitu sebagai contoh orang yang bermukim di desa menggunakan air
kali untuk memenuhi kehidupan sehari-hari seperti mandi, masak, mencuci dll.
Itu merupakan hal yang biasa sedangkan orang perkotaan tidak menggunakan air
kali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka menganggap air kali tak layak
digunakan untuk hal-hal seperti yang disebutkan.
3.
Allah SWT, Tuhan pencipta alam
semesta sudah memberikan ‘panduan berpersepsi’ bagi manusia, yaitu berupa
kumpulan ayat-ayat dalam kitab suci Al Quran. Selain Al Quran, ada juga As
sunah atau Hadits Nabi berupa panduan pelengkap dari Al Quran. Sulit
dibayangkan jika hidup dijalani dengan akurasi persepsi yang rendah, maka
penderitaan demi penderitaan akan selalu terjadi, baik di dunia ini apalagi di
alam akherat. Dengan demikian, tidak ada pilihan lain, maknai kehidupan dan
dunia ini dengan persepsi yang akurat, kalau mampu bisa mendekati seratus
persen. Itulah kehidupan yang sesungguhnya, yang sesuai dengan panduan Sang
Pencipta dan Pemberi Hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Jabal Raudlatul Jannah, 2010
Abdul Rahman Shaleh,
muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu
Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004
Nashori, Fuad, Potensi-potensi Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet II 2005
Nur Ghufron, Psikologi, Kudus: Nora Media
Enterprise, Cet I, 2011
Mujib, Abdul, Kepribadian dalam Psikologi Islam,
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007
Walgito, Bimo, Pengantar
Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi,
2002, Ed. III M.