Kamis, 08 Mei 2014

Psikologi Islam Persepsi Inderawi



PERSEPSI INDERAWI
(PERSPEKTIF DALAM AL-QUR’AN)
Makalah
Dipresentasikan pada Mata Kuliah Psikologi Islam
Semester III Tahun 2013
Dosen Pembimbing : Drs. H. AH Choiron, M. Ag
Untitled-1






                                                                                                                                

Disusun Oleh:
1.    Irma Ariyanti        (112102)
2.    Ulfah Zakiyah       (112086)
3.    Fatikhatul Chusna (112090)
4.    Arifyanto               (112103)
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN 2013

A.      PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk yang berjiwa dan kenyataan ini pun kiranya tidak ada yang membantahnya. Kehidupan kejiwaan individu dapat terlihat ketika direfleksikan dalam bentuk tingkah laku dan aktivitas manusia. Sebagai contoh manusia merasa senang jika melihat sesuatu yang indah, berpikir jika menghadapi suatu masalah, ingin membeli sesuatu jika membutuhkan sesuatu barang, semua ini merupakan gambaran bahwa dalam diri manusia berlangsung kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas kejiwaan.
Aktivitas manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan sekitarnya. Mulai saat itu pula individu menerima stimulus dari luar dirinya. Namun tidak berarti bahwa stimulus hanya datang dari luar individu itu, sebab stimulus juga dapat berasal dari individu itu sendiri.
Stimulus merupakan segala sesuatu yang mengenai reseptor atau alat indera. Inilah yang dinamakan proses penginderaan selanjutnya yaitu proses persepsi. Dalam makalah ini kami akan membahas permasalahan-permasalahan kaitannya dengan persepsi (perspektif dalam Islam).
B.        Permasalahan
Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dalam bahasan makalah ini adalah antara lain:
1.    Bagaimana proses terjadinya persepsi dalam penginderaan?
2.    Apakah pengaruh kebudayaan dapat merubah persepsi?
3.    Bagaimana pandangan al-Qur’an terhadap persepsi inderawi?






C.      PEMBAHASAN
1.        Definisi Persepsi
Dapat dilihat dari definisi secara etimologis maupun definisi yang diberikan oleh beberapa orang ahli. Secara etimologis, persepsi berasal dari kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare yang artinya menerima atau mengambil.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera.[1] Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan. Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.
Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.

2.        Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut, Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.
 Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Adapun faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:
a.         Objek yang dipersepsi
b.        Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
c.         Pengalaman
d.        Perhatian

3.        Persepsi Melalui indera
a.         Persepsi melalui indera penglihatan
Untuk mempersepsi sesuatu individu haruslah mempunyai perhatian terhadap objek yang akan dipersepsi. Apabila individu telah memperhatikan, selanjutnya individu menyadari sesuatu yang diperhatikan itu, atau dengan kata lain individu mempersepsi apa yang diterima dengan alat inderanya. Alat indera merupakan alat utama dalam individu mengadakan persepsi. Seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat mempersepsi apa yang dilihatnya, maka hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihat.
b.        Persepsi melalui indera pendengaran
Orang dapat mendengar sesuatu dengan alat pendengaran, yaitu telinga. Telinga merupakan salah satu alat untuk dapat mengetahui sesuatu yang ada di sekitarnya. Telinga dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi atau tugas sendiri-sendiri, yaitu:
1)        Telinga bagian luar, yaitu merupakan bagian yang menerima stimulus dari luar.
2)        Telinga bagian tengah, yaitu merupakan bagian yang meneruskan stimulus yang diterima oleh telinga bagian luar, jadi bagian ini merupakan transformer.
3)        Telinga bagian dalam, yaitu merupakan reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-saraf penerima.

c.         Persepsi melalui Indera Pencium
Orang dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera pencium, yaitu hidung. Sel-sel penerima atau resptor bau terletak dalam hidung sebelah dalam. Rangsang yang sesuai dengan indera ini adalah zat-zat kimiawi yang berbentuk gas.

d.        Persepsi melalui indera pengecap
Indera pengecap terdapat di lidah. Stimulusnya merupakan benda cair. Ada 4 rasa pokok yang dapat dirasakan oleh lidah yaitu: Pahit, manis, asin, asam.
Indera ini erat hubungannya degan indera penciuman. Orang yang indera penciumannya tidak berfungsi (anosmia), seringkali merasakan masakan yang ia makan hambar.

e.         Persepsi melalui indera kulit
Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan dan temperatur. Pada bagian-bagian tertentu saja yang dapat untuk menerima stimulus-stimulus tertentu. Rasa-rasa tersebut diatas merupakan rasa-rasa kulit yang primer, sedangkan disamping itu  masih terdapat variasi yang bermacam-macam.[2]

4.        Pengaruh Kebudayaan terhadap Persepsi dan Perubahannya
Pengaruh kebudayaan termasuk kebiasaan hidup, nampak juga dalam berbagai gejala hubungan manusia dengan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Penduduk perkampungan kumuh di kota-kota besar yang biasa menggunakan air kali untuk kepentingan mandi, cuci, dan kaskus, mempersepsikan air kali itu sebagai suatu hal yang masih dalam batas-batas optimal sehingga mereka menggunakan air kali itu dengan enak saja. Sebaliknya orang yang biasa tinggal di permukiman mewah, tidak mungkin akan menggunakan air kali itu. Dengan demikian jelas bahwa persepsi ditentukan oleh pengalaman dan pengalaman itu dipengaruhi oleh budaya.
Selain pengaruh kebudayaan, persepsi juga dapat berubah. Karena persepsi itu bukan sesuatu yang statis, melainkan bisa berubah-ubah. Proses perubahan pertama disebabkan oleh faal(fisikologik) dari sistem syaraf pada indera-indera manusia, misal stimulus tidak mengalami perubahan atau terjadi adaptasi dan habituasi, ini makin lama stimulus akan makin lemah dan reseptor kurang peka setelah banyak menerima stimulus.
Perubahan kedua adalah proses psikologik. Yang dapat dijumpai dalam pembentukan dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan sikap itu dalam psikologi biasanya diterangkan sebagai proses belajar atau sebagai proses kesadaran(kognisi). Dalam proses belajar, yang menjadi fokus adalah adanya rangsang dari luar (stimulus), sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya dorongan atau kehendak dari dalam diri individu sendiri.

5.        Persepsi Inderawi dalam Pandangan Al-Qur’an
Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan yang salah satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dalam Qs. Al-mukminun ayat 12-14
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ  
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Dalam ayat diatas dijelaskan proses penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini tidak disebutkan telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan berpasangan. Beberapa ayat lain yang mengungkapkan hal yang sama, antara lain,
QS. Fushilat:53
óOÎgƒÎŽã\y $uZÏF»tƒ#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3 öNs9urr& É#õ3tƒ y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky­ ÇÎÌÈ  
53. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

QS. An –Nahl: 78
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  
78. dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Maksud ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang sebelumnya tidak kalian ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut ibu kalian tanpa memahami dan mengetahi sesuatu apa pun. Allah mengkaruniakan kepada kalian akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang buruk.

QS. Qaaf: 37
¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ 3tò2Ï%s! `yJÏ9 tb%x. ¼çms9 ë=ù=s% ÷rr& s+ø9r& yìôJ¡¡9$# uqèdur ÓÎgx© ÇÌÐÈ  
37. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya.


QS. Al-A’raf: 179
ôs)s9ur $tRù&usŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd @|Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ  
179. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Itulah beberapa ayat yang kaitannya dengan persepsi inderawi dan masih banyak ayat lain yg berkenaan dengan itu. Persepsi itu muncul setiap saat, apapun yang terdeteksi oleh panca indra selalu dipersepsikan. Untuk memperoleh akurasi persepsi maka langkah yang terbaik ialah melihat dunia dan kehidupan melalui ‘kaca mata Sang Pencipta’.

D.           ANALISA
Manusia memiliki lima (panca) indera bahkan ada yang mengatakan enam yaitu “insting, naluri, nurani”. Semua indera tersebut bekerja secara otomatis. Tanpa di perintah, artinya ketika kita berhadapan sesuatu, terjadi suatu hal maka indera kita segera bekerja mempersepsikan apa yang baru saja terjadi.
Mempersepsikan sesuatu memang tidak mudah, Sebagai contoh bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. misalnya saja mempersepsikan seseorang, ketika acara tes wawancara penerimaan pegawai sering terjadi penilaian peserta tes dalam kesimpulan yang berbeda oleh para pewawancaranya, ada yang menominasikan A, ada yang menominasikan yang B, dan seterusnya. Persepsi kita terhadap orang lain seringkali terikat konteks, dengan demikian persepsi dapat keliru.
Kadang-kadang kita dihadapkan pada fenomena di mana seseorang sengaja membuka kesempatan di persepsi oleh orang lain misalnya perempuan berusia 60 tahun menyemir rambutnya dan memasang gigi palsu untuk menutupi gigi yang sudah tanggal maka persepsi akan tergiring dengan simpulan bahwa perempuan itu berumur kurang dari 60 tahun atau lebih muda.
Persepsi menghasilkan makna. Kita tahu bahwa pesan itu terdiri symbol-simbol atau isyarat-isyarat yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru timbul, jika kita mempersepsi dan menafsirkan symbol tersebut.
Ketika melakukan persepsi terhadap orang lain, yang kita perlukan adalah kecermatan. Harapannya adalah agar kita dapat mengerti dan memahami orang itu secara benar. Kalau persepsi kita benar, maka hal ini menjadi modal yang penting untuk keberhasilan komunikasi interpersonal.
Apabila kita ingin mempersepsi orang lain, maka kita akan menghadapi kenyataan bahwa kita hanya dapat melihat penampilan luarnya saja: pakaiannya, aksesoris, dan fisiknya. Kita hanya mendengar yang diucapkannya, padahal ada pepatah “lain di mulut lain di hati”. Hal yang kelihatan tersebut antara lain: pakaian, aksesoris, dandanan, potongan rambut, bahasa, postur tubuh, apa yang diucapkan, apa yang dilakukan. Hal yang tidak kelihatan sangat banyak: harapan, norma, stratifikasi, keyakinan, motivasi, moralitas, keberhasilan, kepuasan, dan sebagainya. Mempersepsi karakteristik seseorang akan berhadapan dengan aspek fisik dan mental, lahiriah dan batiniah, jasmani dan rohani, sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan. Oleh karena itu mempersepsi orang jauh lebih sulit daripada mempersepsi objek (benda).
Dalam hal lain persepsi inderawi pun juga harus digunakan seoptimal mungkin sebagai contoh yaitu kepada anak-anak karena anak-anak mempunyai fase pengenalan yang lebih akan berdampak bagi kehidupannya yang akan datang. Yaitu seperti fungsi pendegaran, ini bila dioptimalkan akan dapat mengembangkan potensi-potensi intelektual, emosi dan spiritual anak.[3]
Ahli psikologi sydis menunjukkan kepada kita bahwa kalau anak menerima stimulasi yang kaya melalui penglihatannya, maka kecerdasannya akan bertumbuh kembang secara pesat. Maka, anaknya william sydis yang baru bisa melihat diberinya stimulasi yang beragam: mainan yang ada diatas kepalanya selalu diganti, ditembok dipasang berbagai macam rasa fisik: kain kasar seperti paku hingga lembut layaknya sutra. William james sydis ternyata tumbuh luar biasa. Di usia muda ia sudah menjadi doktor dan menulis buku standar. Kisah diatas ingin mengaris bawahi satu hal, yaitu fungsi penglihatan akan optimal bila pada anak diberikan stimulan.


E.            PENUTUP
1.        Persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan dinterpretasikan oleh system syaraf di otak.
2.        Persepsi dapat berubah karena dipengaruhi kebudayaan misal di tempat yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda yaitu sebagai contoh orang yang bermukim di desa menggunakan air kali untuk memenuhi kehidupan sehari-hari seperti mandi, masak, mencuci dll. Itu merupakan hal yang biasa sedangkan orang perkotaan tidak menggunakan air kali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka menganggap air kali tak layak digunakan untuk hal-hal seperti yang disebutkan.
3.        Allah SWT, Tuhan pencipta alam semesta sudah memberikan ‘panduan berpersepsi’ bagi manusia, yaitu berupa kumpulan ayat-ayat dalam kitab suci Al Quran. Selain Al Quran, ada juga As sunah atau Hadits Nabi berupa panduan pelengkap dari Al Quran. Sulit dibayangkan jika hidup dijalani dengan akurasi persepsi yang rendah, maka penderitaan demi penderitaan akan selalu terjadi, baik di dunia ini apalagi di alam akherat. Dengan demikian, tidak ada pilihan lain, maknai kehidupan dan dunia ini dengan persepsi yang akurat, kalau mampu bisa mendekati seratus persen. Itulah kehidupan yang sesungguhnya, yang sesuai dengan panduan Sang Pencipta dan Pemberi Hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Jabal Raudlatul Jannah, 2010
Abdul Rahman Shaleh, muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004
Nashori, Fuad, Potensi-potensi Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet II 2005
Nur Ghufron, Psikologi, Kudus: Nora Media Enterprise, Cet I, 2011
Mujib, Abdul, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2002, Ed. III M.



[1] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2002, Ed. III hlm 69.
[2] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yoyakarta: Andi Offset, Ed. III, 2002, hlm. 103
[3] Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet II 2005, hlm. 124